Sabtu, 16 Maret 2013

Oksigen Terlarut (DO)


HASIL PERAMETER KIMIA OKSIGEN TERLARUT (DO)
DI PERAIRAN POPSA
MAKASSAR
LAPORAN LENGKAP


                                             NAMA            : STEVEN
                                             NIM                : L111 09 265
                                             KELOMPOK   : SATU (1)

LOGO UNHAS.jpg







LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

PENDAHULAN
A.   Latar Belakang
Oseanografi kimia merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia laut  dan komposisi sedimen laut.  Dengan demikian oseanografi kimia perairan pesisir diartikan sebagai sifat – sifat kimia perairan pesisir dan komposisi sedimennya, faktor-faktor yang mempengaruhi dan interaksinya baik secara fisika, kimia maupun biologi. 
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut. Diperkirakan hampir sebesar 50 triliun metric ton garam yang larut dalam air laut. Air laut juga mengandung sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-gas yang ada di amosfer dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka ini terdapat dalam perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara. Gas oksigen khususnya sangat penting, karena sangat dibutuhkan bagi kehidupan organisme air. Umumnya gas ini banyak dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang berasal dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi) ke dalam air laut.
Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.
Mengingat pentingnya hal tersebut terhadap organisme laut, maka dilakukanlah praktikum oseanografi kimia ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi oksigen terlarut (DO) yang berada di perairan Popsa Makassar.

B.     Tujuan dan Kegunaan
Praktikum  Oseanografi Kimia ini bertujuan untuk menentukan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di sekitar wilayah perairan Popsa, Makassar.
Kegunaan dari Praktikum ini adalah agar dapat memahami dan mengetahui cara menentukan dan  indikator  kualitas air laut dengan melihat oksigen terlarut yang ada di dalam air laut pada suatu wilayah perairan laut.





















TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan.  Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.  Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara didekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut).  Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari.  Penambahan ini disebabkan oleh  terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans,  1985).
Menurut Odum (1971), tinggi rendahnya kadar oksigen di dalam air banyak bergantung pada arus dan gelombang, suhu, salinitas, kedalaman, serta potensi biotik perairan.  Ditambahan pula oleh Warjdono (1974) bahwa kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di dalam air.  Makin tinggi suhu, salitas, dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air makin berkurang.  Menurut Welch  (1952), berkurangnya oksigen yang larut dalam air adalah karena digunakan oleh organisme utuk proses perombakan bahan-bahan organik  yang larut maupun bahan-bahan kotoran dasar.
            Limbah organik sangat berpengaruh pada jumlah oksigen terlarut karena secara alamiah, limbah organik berupa mikroorganisme dapat mengdegradasi dan menguraikan limbah organik yang ada sehingga proses dekomposisi oleh bakteri terhadap limbah organik itu dapt menurunkan jumlah O2 yang ada.  Kekurangan oksigen ekibat dekomposisi limbah organik oleh bakteri dapat diatasi dengan cara uptake/pengambilan O2 dari udara yang dipenagruhi oleh tekanan aotmosfer ke dalam laut.  Di daerah permukaan penambahan dan pengurangan DO hanya bersumber dari aktivitas fotosintesis dari tumbuhan air dan adanya perbedaan DO antara dasar dan permukaan (Anonim,  2010).
            Menurut Dahuri (2001) bahwa konsentrasi dan distribusi oksigen di laut oleh kelarutan gas oksigen dalam air dan proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen.  Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan oksigen memasuki dan terdistribusi di dalam laut.
            Kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.  Agar kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada  suhu 20 – 30  oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan (Ismail, 1994).
            Kualitas air suatu    perairan pesisir dicirikan oleh karakteristik kimianya, yang sangat dipengaruhi masukan dari daratan maupun dari laut sekitarnya.  Pada kenyataannya, perairan pesisir merupakan    penampungan terakhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Karenya karakteristik kimia perairan pesisir bersifat unik dan ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh iteraksi  kegiatan - kegiatan   di atas  serta kondisi hidrodinamika perairan pesisir, seperti proses difusi, disolusi dan pengadukan terhadap substansi kimia.
Substansi kimia yang bersifat mudah terurai (BOD, NH3-N, N-Organik, Surfaktan) akan mengalami dekradasi dan mineralisasi (menghasilkan usur-usur C, H, N, S, P dan lain-lain).  Proses degradasi tersebut membutuhkan oksigen terlarut dalam air.  Bila suplai O2 lebih lambat dibandingkan penggunaanya, maka akan terjadi keadaan anaerob (oxygen depletion) yang dapat menimbulakn kematian massal biota laut karena kekurangan O2 terlarut untuk respirasi (asphyxiation) (Dahuri, 2001).
METODE ANALISIS
A.   Prinsip Analisis
Dalam menetukan atau mengukur gas Oksigen Terlarut suatu perairan, maka prinsip analisis yang diguanakan yakni: Metode Winkler atau titimetri dan dengan menggunakan DO-meter. Pada percobaan ini Prinsip analisis yang akan digunakan yakni metode Winkler atau Titrasi dengan menggunakan Larutan.
B.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yakni: botol oksigen, pipet tetes, labu erlenmeyer, buret, gelas ukur dan pipet skala.
Bahan yang digunakan untuk percobaan ini yakni terdiri dari: sampel air  laut,  tissu rool, aquadest, Larutan MnSO4 (Mangan sulfat), Larutan NaOH (Natrium  hidroksida) + KI, Larutan H2SO4 (Asam sulfat), Larutan Na2SO3 (Natrium tiosulfat) dan Larutan Amylum (Kanji)
C.   Prosedur Kerja
Mengambil sampel air laut yang telah diisi didalam botol BOD yang gelap, kemudian di tuang sampel air laut tersebut ke dalam botol BOD yang bening agar dapat dilihat reaksi yang terjadi setelah ditambahkan larutan. Kemudian langakah selanjutnya yakni menambahkan larutan Mangan Sulfat (MnSO) dan larutan NaOH-KI sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian menutup kembali botol BOD tersebut, lalu mengaduk dengan cara membolak-balik botol tersebut ± 20 kali. Membiarkan beberapa saat hingga endapan cokelat terbentuk dengan sempurna.
Menambahkan 2 ml larutan asm sulfat pekat (HSO) kedalam botol tersebut dengan hati-hati, setelah itu mengaduk lagi botol tersebut dengan cara membolak-balik botol tersebut hingga endepan yang berwarna cokelat tadi larut. Jika endepan belum larut semua, maka perlu ditambahkan lagi 0,5 ml HSOpekat.
Setelah itu, mengambil sampel tersebut yang sudah larut endepannya, kemudian dimasukkan kedalam erlemenyer. Kemudian ditetesi amilum sebanyak ± 3 tetes, sehingga berubah warna menjadi ungu. Setelah itu ditambahkan lagi larutan Natrium tiosulfat dengan menggunakan buret sampai berwarna bening. Kemudia mencatat nilai penurunan skala pada erlemeyer tersebut untuk dianalisa.
D.   Perhitungan
Untuk menentukan kadar Oksigen suatu perairan maka digunkan rumus:
Oksigen terlarut dalam mg/L =
Dimana:
A   = mL larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan;
Vc = mL larutan yang dititrasi;
N   = kenormalan larutan natrium tiosulfat;
Vb = volume botol BOD

















HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
Rumus penentuan Oksigen Terlarut (DO) suatu perairan yaitu ;
Oksigen terlarut dalam mg/L =
Diketahui A= 2,7                     N= 0,025
                Vc= 100                  Vb= 250
Maka Oksigen Terlarut dalam mg/L adalah:
DO  = 
= 5, 270 mg/L
B.   Pembahasan
Dari hasil praktiikum yng kami lakukan  didapatkan hasil Oksigen Terlarut pada perairan Popsa yakni 5,270 mg/L. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perairan Popsa Makassar merupakan perairan dengan kualitas perairan dengan kategori tercemar berat dengan kisaran 4,5 – 6,5 mg/l. Dari hasil ini membuktikan bahwa Perairan Popsa Makassar telah tercemar oleh karena aktivitas manusia  seperti pembuangan limbah rumah tangga, limbah kapal, pembangunan pemukiman di sekitar perairan yang mengakibatkan laju sedimentasi yang tinggi pada daerah ini. Hal ini dapat pula di lihat dengan kandungan lumpur yang sangat tinggi. Secara fisik dapat dilihat dengan kekeruhan airnya pada saat pengambilan sampel. Hasil ini pun dapat dijadikan indokator bahwa perairan ini akan mempengaruhi kehidupan organisme.
 Hal ini sesuai dengan apa yang ungkapkan Hutabarat dan Evans (1982) bahwa menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya agar kehidupan organisme dapat normal maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang dari 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mg/l oksigen pada suhu 20 – 30 0 C masih dipandang sebagai air yang cukup baik untuk kehidupan.

                               










KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dari hasil percobaan Oksigen Terlarut yang kami lakukan pada tanggal 8 maret 2011, maka dapat disimpulkan bahwa perairan Popsa Makassar termasuk Perairan yang Kadar Oksigennya rendah. Hal ini diketahui dengan melihat nilai analisis yang didapatkan yakni 5,270 mg/L.
B.  Saran
Saran saya sebaiknya asisten Untuk Laboratorium diperbanyak lagi, jadi tiap kelompok dapat satu asisten yang dapat membimbing dalam praktikum serta memeriksa Laporan Mingguan.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  2010.  Bahan Kuliah Pencemaran Laut.  Fakultas Ilmu Kelautan, UNHAS, Makassar.
Dahuri, dkk.  2001.  Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu.  Pradnya Paramita.  Jakarta.
Hutabarat dan Evans.  2002.   Pengantar Oceanografi.  Universitas Indonesia, Jakarta.
Ismail H.  1994.  Studi Kelayakan Perairan Pulau Pajenekang (Skripsi).  UNHAS, Ujung Pandang.
Odum.  EP.  1971.  Fundamental of Ecology, N.B. Sounders Company,  Washington: 574 PP.

Warjdono, S,T,H. 1974. ManajemenKualitas Air.Fak.Perikanan IPB. Bogor.













1 komentar: